Pelatihan kepengasuhan tahap 3 "Membentuk Karakter Muslim"
- PIAT 6 BONDOWOSO
3 UNSUR KEKUATAN MANUSIA
1. Kekuatan Fitrah
Manusia sebelum lahir telah memiliki fitrah mengenal tuhannya, Allah ta’ala berfirman :
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhūrihim żurriyyatahum wa asyhadahum ‘alā anfusihim, alastu birabbikum, qālū balā – syahidnā – an taqūlū yaumal-qiyāmati innā kunnā ‘an hāżā gāfilīn(a)
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” (QS. Al-A’raf : 172)
Fitrah mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah yang bermanfaat dan yang bahaya Sehingga disaat fitrah manusia itu mati atau tumpul, sudah tidak mampu lagi mengenali yang makruf itu makruf yang mungkar itu mungkar.
Kecerdasan fitrah dapat terlihat pada anak kecil disaat dia masih berada pada fitrahnya belum dirusak oleh orang tuanya maka dia kalau menjawab sesuatu jawabannya polos, lugu tapi benar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu rosulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “ Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, diriwayat lain -sesuai dengan agama islam – maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nashrony dan Majusy, Seperti halnya Ketika Binatang ternak dilahirkan normal adakah engkau dapati cacat padanya (HR. Bukhati &Muslim).
2. Kekuatan Akal Fikiran
Dimana kecerdasan fikiran akan melahirkan kecerdasan IQ (Intelligence Quotient) dengan ini manusia bisa memahami, bisa menghafalkan bisa membandingkan bisa menganalisa. Semakin luas ilmu dan pengalaman seseorang maka semakin cerdas IQ nya dan Akal fikiran adalah alat untuk belajar Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
Wa lā taqfu mā laisa laka bihī ‘ilm(un), innas-sam‘a wal-baṣara wal-fu’āda kullu ulā’ika kāna ‘anhu mas’ūlā(n).
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ : 36)
3. Kekuatan Hawa Nafsu
Hawa nafsu inilah yang menyebabkan manusia itu punya cinta dan benci, punya semangat dan malas, punya selera , punya keinginan dan kehendak, punya harapan dan cita-cita, punya putus asa. Allah berfirman :
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wa mā ubarri’u nafsī, innan-nafsa la’ammāratum bis-sū’i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafūrur raḥīm(un).
“Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf:53)
Hawa nafsu kalau bisa dikendalikan dia akan melahirkan kecerdasan yang disebut EQ (Emotional Quotient) Allah berfirman :
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ
Wa ammā man khāfa maqāma rabbihī wa nahan-nafsa ‘anil-hawā.
“Adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya.”
فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ
Fa innal-jannata hiyal-ma’wā.
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(-nya). (QS. An-Nazi’at : 40-41)
Disaat manusia itu hawa nafsunya stabil di arahkan dengan Agama maka hasilnya adalah kecerdasan dalam bergaul, kaecerdasan dalam bagaimana mendidik diri, bersikap seimbang, bersikap adil, bersikap proporsinal dan setersunya atau SQ (Spiritual Quotient).